cari

29 November 2009

Jika cicak malaikat

AKU
RUANG

Cicak di dinding mengucap salam :
"Benar, pikiranmu sakit, kawan"

Aku tengkurap
Cicak tengkurap
Ketika aku tengadah
"Anak Jadah!"
Tak ku lihat batang ekornya.

"Benar, pikranmu sakit, kawan"

Ketika itu televisi dalam gendongan ibu
merengek minta mimi susu

"Benar, Pikiranmu sakit, kawan"
Bom meledak dalam sajak kaca
ku dengar cicak mengutuknya
Jika cicak malaikat
betapa jadi

"Benar, pikiranmu sakit, kawan"

Jika cicak malaikat
betapa parahnya hidup kini
"Anak jadah!"
Televisi menggurui
Ruang menggurui
Suara menggurui

Oh
sakit nian ini...

Aku tengkurap
Cicak Tengkurap
Ketika aku tengadah
"Anak Jadah!"
tak ku lihat batang ekornya

Benar
Jika cicak malaikat
betapa kan sakit terus menerus tengadah

AKU
RUANG

Cicak di dinding mengucap salam :
"Benar, pikiranmu sakit, kawan"

Kwartein Merah Putih

1.
Merah putih
Jika kau alif bertanwin
ajari aku mengkaji angin

2.
Kekuasaan adalah tangga nada minor kunci G
DO tidak sama dengan Einstein

3.
Bulan mengirim perahu
di pesisir laki-laki tak berbekal dayungan

4.
Imaji ke selat Karibia
sajakku mengirim gerimis salju
AKU
jamak

KOPAJALI

Lukislah,nak
di selembar udara
di langit

Jika belum kau lihat burung bertandang
jangan kau pinta tuk bertandang
Ia sedang bercengkerama
di ranting-ranting dahan pohon nangka
di petakan sawah-sawah tetangga

Ya,
takkan kau dengar jawaban serangga
takkan kau dengar igauan semak belukar
atas anak-anak nakal memetik
buah-buahan di kebun kita

Biarkan sungai di sekitarnya bersenyawa
melukis liuk kaki-kaki mereka berebut bola

Teks Korden

Kata
bukan kata bukan
kata bukan kata
di balik terali berkorden
Ku raba
seekor kijang bercumbu rayu di pintu istana
Kata bukan

kata
bukan kata bukan
kata dalam ruang ber AC
mawar mekar dalam gantungan
kata bukan pukulan kayu gamelan yang pelan
bukan meruntuhkan temboknya kata bukan

Kata
Bukan kata bukan
kata berpetak garis pikiran

kata palawijaya
bukan padi
kata terigu
bukan jagung
kata tebu
bukan sayuran kata
di balik bukan
PUISI

Bakal

Ku sematkan jerami di dinding kaca
jika kau ketuk pintu
ucapkan salam sayang beronggok-onggok
Angin di sudutnya jangan kau usir pergi
Ia menemani.

Tulislah sajak cinta
ditemani tarian kupu-kupu
di pelataran kebun terong
sebagaimana belalang cumbui pucuk ilalang
sampai keringnya...
sampai keringnya...

Jika suatu hari aku pulang
lain saat kan ku semat jerami di dinding lainnya
Ketika itu..
anak-anak segera dewasa
cekatan menyebut aku : Bapak
di wajahnya ku kaca
cinta tersemat di dindingnya

Ilalang,
pintu berpulang
jutaan tegur sapa kelu
kala mengetuk pintu
mengucap salam sayang

Itu pintu berjerami ilalang
sematan kasih bakal bapak

Nafas pinjaman seorang bapak

Nyenyak...Nyenyaklah,sayan
g
malam menawarkan perjamuan
banyak nyanyian mesti kita terjemahkan
Peluk pinggangku erat ketika bersulang
agar mabuk tak menjadikan kita salah mengartikan
Ikut bernyanyi seperlunya
sapalah sampai pesta selesai
agar kita merasa sendiri.

Lihatlah kerdipan matanya
Sewajar nyenyak tidurmu

Nyenyak...Nyenyaklah,sayang
Aku di sebelahmu berbekal dongengan
kecup sayang sebagaimana biasa
Lupakan..
Sebab anak-anak mewarisi keningmu malam ini

Nyenyaklah,sayang
Nyenyaklah.....

Surat buat kawan

Ku kirim kereta kuda
berkarung-karung beras, terigu dan gula
dalam sepucuk surat
garis tanganmu ku baca tanpa kata
tanpa tanda baca
tanpa tanda tangan

Sudah waktunya angin mengeja nafas
mengeja ruang dan tempat
membaca bathin nan cermat
atas alur kehidupan maya
dimana kereta kuda menapaki
jalan lurus membelah kesejatian
menyalakan lentera di pingir-pinggirnya
meniupkan cinta

Nyanyian Pintu

Nyanyian pintu menantang terpaan angin tanpa payung
bayang, bergantung-gantung menggambar
AH...
Cinta,disitukan kau bercerita?
Menyapa nyanyian kaca
Kalau kau gadis kecil
pasti kau cantik bersepatu angin bermain tali
dan kan kusematkan bunga terong di telinga kirimu
juga sebotol susu

Nyanyian pintu
kawani aku memetik biola
menantang terpaan suara tanpa penggeseknya

Bayang bergantung-gantung menggambar
AH...

Kala

Kamar bathinku diam
nafas bilang,"Suara..emosi..klakson kendaraan..."
son kendaraan.."
kamar bathinku diam
bisik bilang,"serangga..rumput liar..pohonan trotoar.."
Kamar bathinku diam

Sedang memperbincangkan kekinian kah?

Laki kala dimana
perempuan kala dimana
segenap mendengus-dengus telingaku
ku cari-cari padanan

laut kala?
lingkaran kala?
lapisan kala?
kipasan kala?

Kamar bathinku diam

Jika angin sedikit sopan dan berpakaian
pastilah terhormat mengatasnamakan pesta dunia
saat itu undangan adalah keagungan
keindahan
kebajikan
kesempurnaan
saling bersulang mencicip hidangan
dan
kita entah dimana

kamar bathinku diam
KALA bilang
"..................."

Sajak Karpet

Perhelatan ulang tahun Pertiwi
adalah ...
sajak karpet
Merah
Hijau

Perhelatan ulang tahun ibu kami
adalah ...
sajak nagka
sajak jambu batu dan pepaya
sajak mangga dan rumput liar di pekarangan

Bulan
Matahari
Bumi
rapi bersila
angin mengirim untaian doa-doa
Yassin dan Tahlil bersapsap mengawal malam
sajian laki
sajian perempuan
tukar kala

Alas sepeniduran adalah sajak karpet
hitungan merah
hitungan hijau
cakapnya...
Penat

PERS

1.
Kata tinggal cangkangnya
"Tiarap...!"

2.
Kata apel siang
"Tugas...!"

3.
Beberapa kepentingan titik dua
tidak sama dengan PERS

4.
HAL titik dua Pers
Nomor yang terhormat

07 Agustus 2009

Dari Titik Nol

KONSER bertajuk, “Dari Titik Nol”, yang menggelar karya-karya musisi lokal Wing Sentot Irawan, meramaikan dunia musik di Mataram. Konser yang berlangsung di Taman Budaya NTB, 25 Pebruari 2008 malam ini merupakan hasil kolaborasi antara Kelompok Musik Habitat Capung Mataram yang dipimpin Sentot dengan Kelompok Musik Pawon dari Institut Agama Islam Negeri Mataram. (Arixs)

Lagu-lagu yang dinyanyikan Sentot, cukup menghibur penonton. Beberapa penonton berkomentar, bahwa inilah titik balik dari karya-karya Sentot yang beberapa waktu ini sempat dianggap hilang. Keterlibatan Musik Pawon dalam kolaborasi ini memperkaya pagelaran karena menghadirkan peralatan rumah tangga seperti piring, gelas, galon, botol-botol sebagai alat musiknya.

Perjalanan panjang Sentot mengayuh sepeda dari Lombok-Aceh-Lombok selama tiga bulan, memberikan sentuhan yang dalam bagi karya lagu yang dinyanyikannya. ”Lagu-lagu dalam konser ini hasil perenungan terhadap segala hal yang saya jumpai selama perjalanan tersebut,” ungkap mantan guru yang kini memilih menjadi musisi ini.

Berbagai peristiwa yang ia alami bersama sepeda dan bekal seadanya selama perjalanan, tertuang dalam lirik-lirik yang mudah dicerna. - nik